Lanjutan, Mengapa Agama Tampak Tidak Relevan Di Masa Sekarang?
Salah satu alasan mengapa agama tampak tidak relevan pada masa sekarang adalah karena banyak diantara kita tidak lahi memiliki ras bahwa kita dikelilingi oleh yang gaib. Kultur ilmiah kita telah mendidik kita untuk meusatkan perhatian hanya kepada dunia fisik dan material yang hadir dihadapan kita. Metode menyelidiki dunia seperti ini memang telah membawa banyak hasil. Akan tetapi, salah satu akibatnya adalah kita, sebagaimana yang telah terjadi, kehilanggan kepekaan tentang yang spiritual atau suci seperti yang melingkupi kehidupan masyarakat yang lebih tradisional pada setiap tingkatannya dan yang dahulunya merupakan bagian esensial pengalaman manusia tentang dunia.
Di kepulauan laut selatan, mereka menyebut kekuatan misterius ini sebagai mana yang lain mengalaminya sebagai sebuah kehadiran atau ruh kadang kadang ia dirasakan sebagai sebuah kekuatan imperasional, seperti layaknya sebentuk radioaktivitas atau tenaga listrik. Kekuatan ini di yakini bersemayam dalam diri kepala suku, pepohonan, bebatuan, atau hewan-hewan. Orang latin mengalami numina (ruh-ruh) dalam semak yang dianggap suci : orang arab merasakan bahwa daratan dipenuhi oleh jin-jin. Secara alamiah, manusia ingin bersentuhan dengan realtas ini dan memanfaatkannya, tetapi mereka juga ingin sekedar mengagumiya. Ketika orang mulai impersonalisasi kekuatan gaib dan menajdikannya sebagai tuhan-tuhan, mengasosikannya dengan angin, matahari, laut, dan bintang-bintang tetapi meimiliki karakteristik manusia, mereka sebenarnya sedang mengeksperesikan rasa kedektan dengan yang gaib itu dan dengan dunia di sekeliling mereka.
Rudolf Oto, ahli sejarah agama berkebangsaan jerman yang menulis buku penting the ide of the holy pada 1917, percaya bahawa rasa tentang gaib ini (numinous) adalah dari agama. Perasaaan itu mendahului setiap hasrat untuk menjelaskan asl-usul dunia atau menemukan landasan bagi perilaku beretika. Kekuatan gaib dirasakan oleh manusia dalam cara yang berbeda-beda- terkadang ia menginsiprasikan kegirangan liar dan memaukkan : terkadang ketenntraman mendalam, terkadang orang merasa kecut, kagum dan hina di hadapan kehadiran kekuatan misterisu yang melekat dalam setiap aspek kehidupan. Ketika manusia mulai membentuk mitos dan menyembah dewa-dewa, mereka tidk sedang mencari penafsiran harfiah atas fenomena alam. Kisah-kisah simbolik, lukisan dan ukiran di gua adalah usaha untuk mengungkapkan kekaguman mereka dan untuk menghubungkan misteri yang luas ini dengan kehidupan mereka sendiri bahkan sebenarnya para sastrawan, seniman, dan pemusik pada masa sekarang juga sering di pengaruhi oleh perasaan yang sama. Pada periode paleolitik, misalnya, kerika pertanian mulai berkembang, kultus dewi ibu mengungkapkan perasaan bahwa kesuburan yang mentransformasi kehidupan manusia sebenarnya adalah sakral. Para seniman memahat patung-patung yang melukiskannya sebagai seorang perempuan hamil telanjan yang banyak di temukan oleh para arkeolog tersebar di seluruh eropa, timur, timur tengah, dan india. Dewi ibu itu tetap penting penting secara imajinatif selama berabad-abad. Seperti tuhan langit yang lama, dia kemudian masuk dalam kuil-kuil yan lama dan menempati posisi sejajar dengan dewa-dewa lain yang lebih tua. Dia dahulunya merupakan salah satu dewa terkuat, jelas lebih kuat dari para dewa langi, yang terus menjadi sosok yang remang-remang.
Sumber Buku: Sejarah Tuhan, Karen Armstrong, penerbit Mizan.
Salah satu alasan mengapa agama tampak tidak relevan pada masa sekarang adalah karena banyak diantara kita tidak lahi memiliki ras bahwa kita dikelilingi oleh yang gaib. Kultur ilmiah kita telah mendidik kita untuk meusatkan perhatian hanya kepada dunia fisik dan material yang hadir dihadapan kita. Metode menyelidiki dunia seperti ini memang telah membawa banyak hasil. Akan tetapi, salah satu akibatnya adalah kita, sebagaimana yang telah terjadi, kehilanggan kepekaan tentang yang spiritual atau suci seperti yang melingkupi kehidupan masyarakat yang lebih tradisional pada setiap tingkatannya dan yang dahulunya merupakan bagian esensial pengalaman manusia tentang dunia.
Di kepulauan laut selatan, mereka menyebut kekuatan misterius ini sebagai mana yang lain mengalaminya sebagai sebuah kehadiran atau ruh kadang kadang ia dirasakan sebagai sebuah kekuatan imperasional, seperti layaknya sebentuk radioaktivitas atau tenaga listrik. Kekuatan ini di yakini bersemayam dalam diri kepala suku, pepohonan, bebatuan, atau hewan-hewan. Orang latin mengalami numina (ruh-ruh) dalam semak yang dianggap suci : orang arab merasakan bahwa daratan dipenuhi oleh jin-jin. Secara alamiah, manusia ingin bersentuhan dengan realtas ini dan memanfaatkannya, tetapi mereka juga ingin sekedar mengagumiya. Ketika orang mulai impersonalisasi kekuatan gaib dan menajdikannya sebagai tuhan-tuhan, mengasosikannya dengan angin, matahari, laut, dan bintang-bintang tetapi meimiliki karakteristik manusia, mereka sebenarnya sedang mengeksperesikan rasa kedektan dengan yang gaib itu dan dengan dunia di sekeliling mereka.
Rudolf Oto, ahli sejarah agama berkebangsaan jerman yang menulis buku penting the ide of the holy pada 1917, percaya bahawa rasa tentang gaib ini (numinous) adalah dari agama. Perasaaan itu mendahului setiap hasrat untuk menjelaskan asl-usul dunia atau menemukan landasan bagi perilaku beretika. Kekuatan gaib dirasakan oleh manusia dalam cara yang berbeda-beda- terkadang ia menginsiprasikan kegirangan liar dan memaukkan : terkadang ketenntraman mendalam, terkadang orang merasa kecut, kagum dan hina di hadapan kehadiran kekuatan misterisu yang melekat dalam setiap aspek kehidupan. Ketika manusia mulai membentuk mitos dan menyembah dewa-dewa, mereka tidk sedang mencari penafsiran harfiah atas fenomena alam. Kisah-kisah simbolik, lukisan dan ukiran di gua adalah usaha untuk mengungkapkan kekaguman mereka dan untuk menghubungkan misteri yang luas ini dengan kehidupan mereka sendiri bahkan sebenarnya para sastrawan, seniman, dan pemusik pada masa sekarang juga sering di pengaruhi oleh perasaan yang sama. Pada periode paleolitik, misalnya, kerika pertanian mulai berkembang, kultus dewi ibu mengungkapkan perasaan bahwa kesuburan yang mentransformasi kehidupan manusia sebenarnya adalah sakral. Para seniman memahat patung-patung yang melukiskannya sebagai seorang perempuan hamil telanjan yang banyak di temukan oleh para arkeolog tersebar di seluruh eropa, timur, timur tengah, dan india. Dewi ibu itu tetap penting penting secara imajinatif selama berabad-abad. Seperti tuhan langit yang lama, dia kemudian masuk dalam kuil-kuil yan lama dan menempati posisi sejajar dengan dewa-dewa lain yang lebih tua. Dia dahulunya merupakan salah satu dewa terkuat, jelas lebih kuat dari para dewa langi, yang terus menjadi sosok yang remang-remang.
Sumber Buku: Sejarah Tuhan, Karen Armstrong, penerbit Mizan.
Komentar
Posting Komentar