Filsafat/filosof kharismatik Peter Abelard
Pada dasarnya seorang filosof dengan corak teologi yang agak konvensional. Dia menjadi pelopor kebangkitan intelektual di eropa selama abad kedua belas dan mempunyai banyak pengikut, ini membuatnya berkonflik dengan Bernard, pemimpin biara Cistercian Clairvaux di Burgundi, yang dapat dikatakan merupakan tokoh paling berpengaruh di eropa. Paus Eugene II dan raja Lousi VII dari perancis ada di dalam saku Bernard. Kemahirannya beretotika telah mengilhami revolusi monastik di eropa : sekelompok besar anak muda meninggalkan rumah-rumah mereka untuk bergabung denggnya di dalam ordo Cisterian yang berupaya mereformasi kehidupan religius benediktin. Ketika bernard menyerukan perang salib II pada tahun 1146, rakyat perancis dari jerman yang sebelumnya agak apatis terhadap ekspedisi itu nyaris mencabik-cabiknya lantaran antusiasme mereka, ramai-ramai datang untuk bergabung dengan tentara dalam jumlah begitu besar sehingga, menurut laporan yang ditulis bernard dengan bangga kepada puas, desa-desa menjadi kosong akibat ditinggalkan penghuninya. Bernard seorang yang cerdas, yang telah memberi dimensi batiniah baru bagi kesalehan eropa barat yang agak bersifat lahirliah. Ajaran cistercian tampaknya telah mempengaruhi legenda holy grail, yang menggambarkan perjalanan spiritual ke sebuah kota simbolik yang menggambarkan perjalanan spritual kesebuah kota simbolik yang tidak berada di dunia ini, tetapi mewakili visi tentang tuhan.
Bernard sama sekali tidak percaya pada intelektualisme pada sarjana abelard dan, oleh karena itu, berusaha untuk membungkamnya dia menuduh abelard ”berupaya menodai iman kristen kareana mengatakan bahwa akal manusia bisa memahami semua aspek tuhan.” Dengan merujuk pada himne St. Paulus, bernard mengklaim bahwa filosof itu tidak memiliki cinta kristen : dia melihat ketiadaan sebagai sebuah teka-teki, ketiadaan seperti dalam sebuah cermin, tetapi melihat segala sesuatu secara berhadap-hadapan. Oleh karena itu, cinta dan penggunaan akal menjadi dua hal yang bertentangan. Pada tahun 1141, bernard memanggil abelard ke hadapan majelis sens, yang telah dipenuhinya dengan pendukung-pendukungnya sendiri. Beberapa di antara anggota majelisnya itu berdiri di luar untuk mengintimidasi abelard ketika datang. Tak terlalu sulit baginya untuk melakukan ini karena, pada saat itu, abelard kemungkinan besar telah terkena penyakit parkinson. Bernard menyerangnya dengan keafasihan luar biasa yang membuat abelard jatuh pingsan dan meninggal dunia tahun berikutnya.
Ini adalah saat-saat simbolik yang menadai perpecahan anatara akal dan hati. Dalam trinitarianisme Agustinus, hati dan akal tidak terpisahkan. Para faylasuf muslim, seperti ibn sina dan Al-Ghazali telah tiba pada kesimpulan bahwa kal semata tidak akan mampu menemukan tuhan, tetapi mereka akhirnya menggagas sebuah filsafat yang diilhami oleh cinta dan mistisisme. Kita akan menyaksikan bahwa selama abad kedua belas dan ketiga belas, para pemikir besar dunia islam berupaya untuk menggabungkan akal dan hati serta memandang filsafat sebagai tak terpisahkan dari spiritualitas cinta dan imajinasi yang diketegahkan oleh kaum sufi. Akan tetapi, bernard kelihatannya menaruh kecurigaan terhadap akal dan bermaksud untuk terus memisahkannya dari bagian pikiran yang lebih emosional dan intutif.
Beberapa pemikir lain telah memberi kontribusi yang lestari bagi kristen barat, seperti thomas Aquinas(1225-74) yang mengupayakan sintesis filasafat yunani dan Agustinus. Selama abad kedua belas para sarjana eropa berbondong-bondong ke spanyol untuk mempelajari khazanah ilmu kaum muslim. Dengan bantuan kaum intelektual muslim dan yahudi, mereka melakukan proyek penerjemahan besar-besaran untuk memboyong kekayaan intelektual ini ke barat. Terjemahan berbahasa arab atas filsafat plato, aristoteles dan filosof-filosof kuno lainnya kini diterjemahkan lagi ke dalam bahasa latin dan untuk pertama kalinya tersedia bagi masyarakat eropa utara.
Sumber Buku: Sejarah Tuhan, Karen Armstrong, Penerbit: Mizan
Pada dasarnya seorang filosof dengan corak teologi yang agak konvensional. Dia menjadi pelopor kebangkitan intelektual di eropa selama abad kedua belas dan mempunyai banyak pengikut, ini membuatnya berkonflik dengan Bernard, pemimpin biara Cistercian Clairvaux di Burgundi, yang dapat dikatakan merupakan tokoh paling berpengaruh di eropa. Paus Eugene II dan raja Lousi VII dari perancis ada di dalam saku Bernard. Kemahirannya beretotika telah mengilhami revolusi monastik di eropa : sekelompok besar anak muda meninggalkan rumah-rumah mereka untuk bergabung denggnya di dalam ordo Cisterian yang berupaya mereformasi kehidupan religius benediktin. Ketika bernard menyerukan perang salib II pada tahun 1146, rakyat perancis dari jerman yang sebelumnya agak apatis terhadap ekspedisi itu nyaris mencabik-cabiknya lantaran antusiasme mereka, ramai-ramai datang untuk bergabung dengan tentara dalam jumlah begitu besar sehingga, menurut laporan yang ditulis bernard dengan bangga kepada puas, desa-desa menjadi kosong akibat ditinggalkan penghuninya. Bernard seorang yang cerdas, yang telah memberi dimensi batiniah baru bagi kesalehan eropa barat yang agak bersifat lahirliah. Ajaran cistercian tampaknya telah mempengaruhi legenda holy grail, yang menggambarkan perjalanan spiritual ke sebuah kota simbolik yang menggambarkan perjalanan spritual kesebuah kota simbolik yang tidak berada di dunia ini, tetapi mewakili visi tentang tuhan.
Bernard sama sekali tidak percaya pada intelektualisme pada sarjana abelard dan, oleh karena itu, berusaha untuk membungkamnya dia menuduh abelard ”berupaya menodai iman kristen kareana mengatakan bahwa akal manusia bisa memahami semua aspek tuhan.” Dengan merujuk pada himne St. Paulus, bernard mengklaim bahwa filosof itu tidak memiliki cinta kristen : dia melihat ketiadaan sebagai sebuah teka-teki, ketiadaan seperti dalam sebuah cermin, tetapi melihat segala sesuatu secara berhadap-hadapan. Oleh karena itu, cinta dan penggunaan akal menjadi dua hal yang bertentangan. Pada tahun 1141, bernard memanggil abelard ke hadapan majelis sens, yang telah dipenuhinya dengan pendukung-pendukungnya sendiri. Beberapa di antara anggota majelisnya itu berdiri di luar untuk mengintimidasi abelard ketika datang. Tak terlalu sulit baginya untuk melakukan ini karena, pada saat itu, abelard kemungkinan besar telah terkena penyakit parkinson. Bernard menyerangnya dengan keafasihan luar biasa yang membuat abelard jatuh pingsan dan meninggal dunia tahun berikutnya.
Ini adalah saat-saat simbolik yang menadai perpecahan anatara akal dan hati. Dalam trinitarianisme Agustinus, hati dan akal tidak terpisahkan. Para faylasuf muslim, seperti ibn sina dan Al-Ghazali telah tiba pada kesimpulan bahwa kal semata tidak akan mampu menemukan tuhan, tetapi mereka akhirnya menggagas sebuah filsafat yang diilhami oleh cinta dan mistisisme. Kita akan menyaksikan bahwa selama abad kedua belas dan ketiga belas, para pemikir besar dunia islam berupaya untuk menggabungkan akal dan hati serta memandang filsafat sebagai tak terpisahkan dari spiritualitas cinta dan imajinasi yang diketegahkan oleh kaum sufi. Akan tetapi, bernard kelihatannya menaruh kecurigaan terhadap akal dan bermaksud untuk terus memisahkannya dari bagian pikiran yang lebih emosional dan intutif.
Beberapa pemikir lain telah memberi kontribusi yang lestari bagi kristen barat, seperti thomas Aquinas(1225-74) yang mengupayakan sintesis filasafat yunani dan Agustinus. Selama abad kedua belas para sarjana eropa berbondong-bondong ke spanyol untuk mempelajari khazanah ilmu kaum muslim. Dengan bantuan kaum intelektual muslim dan yahudi, mereka melakukan proyek penerjemahan besar-besaran untuk memboyong kekayaan intelektual ini ke barat. Terjemahan berbahasa arab atas filsafat plato, aristoteles dan filosof-filosof kuno lainnya kini diterjemahkan lagi ke dalam bahasa latin dan untuk pertama kalinya tersedia bagi masyarakat eropa utara.
Sumber Buku: Sejarah Tuhan, Karen Armstrong, Penerbit: Mizan
Komentar
Posting Komentar