Pada abad kesembilan orang arab mulai bersentuhan dengan sains dan falsafah yunani. Hubungan ini membuahkan hasil berupa kemajuan cultural yang, menurut orang eropa, dapat dilihat sebagai penghubung anatara zaman Renaisans dan zaman Pencerahan. Sebuah tim penerjemah, kebanyakan beranggotakan orang Kristen Nestorian, menerjemahkan naskah-naskah yunani ke dalam bahasa rab dan berhasil melaksanakan pekerjaan yang brilian. Kaum muslim Arab kini bisa mempelajari astronomi, kimia, kedokteraan da matematika. Dengan sangat gemilang sehingga abad kesembilan dan kesepuluh, dalam erat pemerintahan dinasti Abbasiyah, mereka menghasilakan berbagai penemuan ilmiah yang mengunggil peridoe sejarah mana pun sebelumnya. Sejenis kelomok muslim baru pun lahir,yang mengabdian sejarah gagasan yang disebut falsafah ( filsafat) tetapi memiliki makna yang lebih luas dan kaya: seperti philosophes prancis abad kedelapan, para faylasuf (filosof) ingin hidup secara rasional sesuai dengan hokum-hukum yang mereka yakini mengatur kosmos, yang bisa dicermati pada setiap tingkatan realitas. Pada awalny, mreka memusatkan perhatian kepada ilmu-ilmu alam, namun kemudian, secara tak terlekkan, mereka beralih kepada metafisika yunani dan berupaya menerapkan pinsip-prinsipnya ke dengan Helenisme, tetapi menetapkan bahawa tuhan para filosof yunani identik dengan allah. Orang Kristen yunani juga telah merasakan afinitas dengan helenisme, tetapi menetapkan bahwa tuhan orang yuanai harus dimodifikasi oleh tuhan Alkitab yang lebih paradokssikal. Akhirnya, seperti akan kita lihat, mereka memalingkan diri dari tradisi filsafat mereka sendiri karena menyakini bahwa akal dan logika tidak banyak berkontribusi bagi kajian tentang tuhan. Namun, para faylasuf tiba pada kesimpulan yang berlawanan: mereka percaya bahwa rasionalisme mempersembahkan bentuk agama yang paling maju dan telah mengembangkan pandangan yang lebih tinggi dai dalam kitab suci.
Pada masa sekarang, orang secara umum memandang sains dan filsafat sebagai dua hal yang bertentangan dengan agama. Akan tetapi, para faylasuf biasanya adalah orang-orang saleh dan emmandng diri mereka sebagai putra-putri sebagai putra putri setia Nabi. Sebagai muslim memandang diri mereka sebagai para faylasuf (filosofis) ingin hidup secara rasional sesuai dengan kosmos, yang bisa dicermati pada setiap tingkatannya realitas. Pada awalnya, mereka memusatkan perhatian kepada ilmu-ilmu alam, namun kemudia, secaraa tak terelakkan, mereka beralih kepada metafisika yunani dan berupaya menerapkan prinsi-prinsipnya ke dalam islam. Mereka yakin bahwa tuhan orang yunani identik dengan allah. Orang Kristen yunani juga yang lebih paradoksikal. Akhirnya, seperti akan kita lihat, mereka memalingkan diri dari tradisi filasafat mereka sendiri karena menyakini bahwa akal dan logika tidak banyak berkontribusi bagi kajian tentang tuhan. Namun, para faylasuf tiba oada kesimpulan yang berlwanan: mereka percaya bahwa rasionlisme mempersembahkan bentuk aagama yang paling maju dan telah mengembangkan pandangan bentuk agama yang paling maju dan telah mengembangkan pandangan yang lebih tinggi tentang tuhan daripada yang diwahyukan di dalam kitab suci.
Sumber Buku: Sejarah Tuhan, penerbit: mizan
Pada masa sekarang, orang secara umum memandang sains dan filsafat sebagai dua hal yang bertentangan dengan agama. Akan tetapi, para faylasuf biasanya adalah orang-orang saleh dan emmandng diri mereka sebagai putra-putri sebagai putra putri setia Nabi. Sebagai muslim memandang diri mereka sebagai para faylasuf (filosofis) ingin hidup secara rasional sesuai dengan kosmos, yang bisa dicermati pada setiap tingkatannya realitas. Pada awalnya, mereka memusatkan perhatian kepada ilmu-ilmu alam, namun kemudia, secaraa tak terelakkan, mereka beralih kepada metafisika yunani dan berupaya menerapkan prinsi-prinsipnya ke dalam islam. Mereka yakin bahwa tuhan orang yunani identik dengan allah. Orang Kristen yunani juga yang lebih paradoksikal. Akhirnya, seperti akan kita lihat, mereka memalingkan diri dari tradisi filasafat mereka sendiri karena menyakini bahwa akal dan logika tidak banyak berkontribusi bagi kajian tentang tuhan. Namun, para faylasuf tiba oada kesimpulan yang berlwanan: mereka percaya bahwa rasionlisme mempersembahkan bentuk aagama yang paling maju dan telah mengembangkan pandangan bentuk agama yang paling maju dan telah mengembangkan pandangan yang lebih tinggi tentang tuhan daripada yang diwahyukan di dalam kitab suci.
Sumber Buku: Sejarah Tuhan, penerbit: mizan
Komentar
Posting Komentar